Festival Meugang di Peunayong Banda Aceh

Lomba Plah Ulee Leumo (belah kepala lembu) memeriahkan Festival Meugang yang berlangsung di ruas Jalan HT Daudsyah, Peunayong, Senin (20/8/2018). Lomba unik yang baru pertama kali digelar di Banda Aceh ini sukses menyedot perhatian masyarakat yang tengah berbelanja berbagai kebutuhan meugang.

Dalam lomba plah ulee leumo ini yang dinilai adalah kecepatan peserta dalam menguliti kulit dan membelah kepala Lembu serta memisahkan dagingnya dari tulang. Selain itu, kebersihan daging yang dihasilkan juga menjadi penilaian dari dewan juri.

Ada delapan peserta yang ikut serta, dan rata-rata mereka mampu menyelesaikan tugasnya kurang dari 30 menit saja. Suasana semakin meriah dengan kehadiran Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman yang memborong seluruh daging kepala lembu milik para peserta.

“Ini dagingnya saya borong semuanya plus untuk bumbu Kuah Beulangong-nya. Nanti semua yang ada di sini silahkan menikmatinya bersama-sama,” kata Aminullah yang disambut tepuk tangan para peserta, pedagang daging, dan warga yang hadir. Sebelumnya pihak panitia mengatakan bagi juara 1, 2, dan 3 lomba ini akan mendapat hadiah masing-masing Rp 1 juta, Rp 600 ribu, dan Rp 400 ribu.

Menurut Aminullah, dengan melestarikan tradisi meugang yang telah diwarisi dari generasi ke generasi selama ratusan tahun, akan menguatkan Aceh dalam berbagai hal termasuk sektor pariwisata. “Apalagi meugang ini tak ada di daerah lain, cuma ada di Aceh. Tentu ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.”

Masih menurut Aminullah, meugang juga memiliki beberapa hikmah di antaranya membesarkan hari raya umat Islam. “Jika meugang menyambut Idul Adha untuk menghormati orang yang pergi berhaji, maka meugang menjelang Ramadan untuk menghormati orang yang akan berpuasa,” katanya.

“Selain itu, tradisi meugang juga akan memperkokoh jalinan silaturahmi antar kita semua. Ada ungkapan Aceh ‘sie mak tagun beumeteume rasa’ setiap hari meugang tiba yang menjadi momen kumpul-kumpul keluarga, kenduri anak yatim, hingga kenduri kepada sanak saudara yang sudah meninggal.”

Dan yang tak kalah penting, sambung mantan Dirut Bank Aceh ini, meugang yang dilaksanakan tiga kali dalam setahun tersebut akan turut mendongkrak ekonomi masyarakat. “Bayangkan berapa ekor Sapi dan hewan ternak lain yang dipotong setiap meugang-nya. Tentunya hal itu akan menghidupkan peternak dan pedagang kita,” katanya.

Ia pun berpesan agar warisan budaya endatu ini harus terus dilestarikan. “Ke depan kita sepakat untuk menjadikan Festival Meugang ini sebagai event tahunan, dan akan kita gelar lebih besar lagi. Harapannya festival ini dapat menjadi salah satu daya tarik wisata islami di Banda Aceh di samping Masjid Raya Raya Baiturrahman, zikir akbar, dan wisata ziarah,” pungkasnya.

Prosesi pembukaaan Festival Meugang ditandai dengan pemotongan daging meugang oleh Wali Kota Aminullah. Selain Lomba Plah Ulee Leumo, festival juga dimeriahkan dengan Lomba Masak Kuah Beulangong dan penampilan seni budaya