Persatuan Umat Inti Ajaran Islam

Di antara keistimewaan ajaran Islam adalah seruan kepada penganutnya untuk mempertahankan persatuan diantara umat Islam dan melarang keras terhadap perpecahan yang terjadi di tengah umat ini.

Persatuan dan persaudaraan muslim adalah sumber kekuatan umat Islam yang sangat ditakuti musuh-musuh di luar Islam. Perpecahan atau bergolong-golongan merupakan penyebab lemahnya umat Islam di hadapan umat lain.

Demikian antara lain disampaikan Ustaz KH Drs Yakhsyallah Mansur MA‎, Imam Jamaah Muslimin (HIZBULLAH) saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) Rumoh‎ Aceh Kupi Luwak, Jeulingke Rabu (11/1/2017‎) malam.

“Mengapa dalam agama ini begitu penting yang namanya hidup berjamaah dan kesatuan umat‎, karena hanya dengan persatuan dan persaudaraan muslim, umat ini akan menjadi kuat dan ditakuti musuh-musuhnya. Karenanya, musuh-musuh Islam akan terus berusaha habis-habisan memecahbelah persatuan umat ini agar kita menjadi lemah dan tidak berdaya,” ujar KH Yakhsyallah yang juga Pembina Utama Pondok Pesantren Al- Fatah, Cileungsi, Bogor.

Ia menegaskan, perintah menjaga persatuan umat Islam sangat jelas dalam Al-Quran sebagaimana ditegaskan Allah Swt dalam Surat Ali Imran ayat 103 yang artinya, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan. Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.”

Kalimat “jangan kalian berpecah belah” berarti Allah memerintahkan kita selalu bersatu dan melarang berpecah belah, karena perpecahan itu suatu kehancuran. Bisa juga berpecah di sini bergolong-golongan mengikuti hwa nfsu dengan berbagai macam tujuan duniawi yang menyebabkan banyaknya golongan-golongan dalam agama ini. ‎Sebaliknya persatuan adalah keberhasilan karea berpegang teguh pada tali Allah yang kuat yaitu Kitabullah.

“Untuk itulah Allah mewajibkan kita berpegang teguh pada Kitab-Nya serta Sunnah Rasul-Nya dan menjadikan keduanya sebagai rujukan dalam hidup ini terutama ketika terjadi perselisihan diantara kita. Allah juga memerintahkan kita selalu berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadits sebagai keyakinan yang diamalkan. Inilah jalan menuju persatuan umat Islam untuk kebaikan dunia akhirat,” tegasnya.

‎KH Yakhsyallah juga mengungkapkan, semua inti syariat dan ajaran Islam dalam berbagai bentuk ibadah kepada Allah itu muaranya kepada persatuan umat seperti ibadah shalat, puasa, zakat dan haji.

‎”Dalam shalat yang kita lakukan sehari-hari sangat jelas sekali bentuk persatuan umat Islam. Banyak doa-doa yang kita baca dalam shalat  yang ditujukan untuk orang banyak seperti “Ihdinas Siratal Mustqim” yang berarti tunjukilah kami jalan yang luru, bukan “Ihdini” yang berarti tunjukilah saya,” ungkapnya.

Begitu juga dengan ibadah lainnya yang saling mendoakan sesama muslim. Karenanya, dengan berbagai ibadah yang kita lakukan tersebut menjadi sangat aneh dan tidak logis orang Islam itu menjadi bermusuhan, berpecah belah dan krisis ukhuwah.

Ustaz Yaksyallah juga menyampaikan paling tidak ada empat hal yang menjadi penyebab terjadinya perpecahan di tengah umat Islam, apalagi jika seseorang muslim itu kurang ilmu agamanya.

Pertama, karena faktor politik (siyasah) atau berbeda pilihan dalam suatu urusan seperti dalam sebuah pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah yang memecah belah umat‎.

Kedua, soal Mazhab, masalah pilihan furuiyah yang bukan keyakinan seperti pemahaman yang dimiliki Imam Maliki, Syafi’i, Hambali dan Imam Hanafi memilih suatu pemahaman dengann dalil yang kuat‎.

“Soal pilihan mazhab ini sangat berpotensi memecah umat Islam. Seharusnya tak perlu diributkan. Makin luas ilmu dan pemahaman seorang muslim, maka makin mudah untuk dapat menerima perbedaan dalam ibadah dengan dalilnya masing-masing yang kuat,” terangnya.

Ketiga, masalah Ashabiyah yaitu suku atau bangsa. Padahal tidak ada kelebihan seseorang manusia antara orang Arab dengan Indonesia, orang Aceh dengan suku Jawa kecuali taqwanya kepada Allah.

Keempat, bangga dengan pendapatnya serta tidak menerima pendapat orang lain juga bisa memecah belah umat. “Ada pendapat yang benar ya, tapi tidak perlu ngotot karena kebenaran mutlak itu milik Allah.‎ Seperti perkataan Imam Syafi’i, “Pendapat saya benar, tapi masih mungkin salah. Pendapat orang lain salah, tapi masih mungkin benar”.

“‎Dlm kehidupan beragama, sudah tidak masanya lagi bicara furuiyah dalam bidang ibadah, tapi yang besar dan strategi seperti ekonomi Islam dan teknologi. Soal furuiyah biarlah berjalan seadanya saja‎ terserah pribadi dan pemahaman masing-masing dengan dalil dimiliki,” terangnya seraya berharap semua otensi perpecahan umat dalam Islam harus segera diakhiri.

Terkait perjuangan menegakkan terwujudnya ajaran syariat Islam di tengah-tengah masyarakat seperti yang ada di Aceh, Ustaz Yakhsyallah menjelaskan, untuk itu perlu mujahid yang mau berupaya secara sungguh-sungguh dan terus menerus, yang tidak memikirkan hasil tapi proses yang berjalan.

“Islam itu agama proses, Tidak ada syariat ini yang secara tiba-tiba, semua harus lewat usaha dan proses. Allah itu hanya menilai amal dan perbuatanya, bukan hasil. Kalau proses kita lalui, Allah akan beri hasil nanti. Tidak ada perjuangan yang gagal kalau semua proses kita kerjakan.
Asha‎bul Kahfi saja yang berusaha walaupun lewat tidur panjang Allah kasih hasilnya. Begitu juga Nabi Nuh berhasil dalam berjuang, tidak berputus asa dan Allah yang memberi hasil,” terangnya.