
Banda Aceh – Presiden Turki Erdogan merupakan pemimpin muslim yang paling disegani dunia saat ini. Pria yang pernah menjabat sebagai Wali Kota Istanbul ini juga dikenal sangat dekat dengan rakyatnya. Hatinya lembut dan sosoknya visioner.
Begitu pandangan Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal terhadap Erdogan yang dalam 13 tahun kepemimpinannya berhasil mengikis paham sekularisme di Turki pasca keruntuhan kilafiyah dan membawa Turki menjadi salah satu negara maju di dunia.
“Erdogan berasal dari keluarga miskin, dan ia pun pernah menjadi penjual kue. Hatinya lembut, dekat dengan orang miskin dan visioner,” ungkap Illiza pada acara bedah buku “Erdogan (Muadzin Istanbul Penakluk Sekularisme Turki)” karya Syarif Taghian -seorang wartawan asal Lebanon, Sabtu (13/2/2016) di Aula Fakultas Hukum Unsyiah.
“Buku ini menggambarkan sosok Erdogan sebagai pemimpin sejati yang mengangkat derajat dan harkat rakyatnya melalui Dinul Islam. Dalam setiap pidatonya, ia pun selalu menyertakan dalil Al-Quran dan Hadis, ia sosok pemimpin yang kita rindukan,” sebut Illiza.
Illiza juga mengaku sangat terkesan dengan pernyataan Erdogan yang kerap disampaikan dalam pidatonya, yakni Islam dan sekularisme itu tidak akan pernah bisa dipadukan. “Satu lagi kata-katanya yang paling menyentuh adalah ‘jika bahagia pancarkanlah dari wajahmu, namun kesedihan cukup di dalam hati’,” sebutnya lagi.
Pada kesempatan itu, Illiza juga sempat memutarkan video singkat dan slide foto kunjungan kerjanya ke Turki bersama sejumlah anggota dewan beberapa waktu yang lalu. “Kami ke sana memenuhi undangan dari Wali Kota Istanbul Kadir Topbas yang sudah disampaikan sejak awal 2015 lalu. Tujuan utama kita untuk menjajaki kerja sama sister city dengan sejumlah kota di Turki, salah satunya adalah Kota Odemis.”
Selama berada di Turki, kami mendapat sambutan yang luar biasa dari para pejabat maupun masyarakatnya. Bahkan ada tokoh masyarakat di sana yang menyatakan bahwa Turki perlu membangun hubungan dengan Indonesia, tapi Aceh lebih penting bagi mereka,” ujarnya.
Hal tersebut, ungkap Illiza, membuat dirinya terharu mengingat sejarah panjang hubungan antara Turki dan Aceh sejak masa kesultanan, dan bagaimana Turki membantu rakyat Aceh melewati masa-masa sulit pasca bencana tsunami 2004 hingga hari ini.
“Kami sudah menyiapkan MoU kerja sama dengan Kota Odemis untuk membuka Turkey Center di Unsyiah dan UIN Ar-Raniry. Ini untuk memudahkan program beasiswa ke Turki dan pertukaran pemuda antara kedua kota,” pungkas Illiza disambut tepuk tangan meriah dari ratusan mahasiswa yang hadir.
Selain Illiza, acara yang dimoderatori oleh Ustaz Zulkhairi itu juga menghadirkan dua pembicara lainnya yakni M Arhami yang saat ini tercatat sebagai mahasiswa program doktoral Yildiz Teknik Universitesi, Istanbul-Turki, dan Thayeb Loh Angen selaku Kepala Sekolah Sastra Hamzah Fansuri.