
Banda Aceh – Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Banda Aceh kembali menggelar Sosialisasi Peningkatan Toleransi Kerukunan dalam Kehidupan Antar Umat Beragama. Acara bertema “Terciptanya Kader Muda Pengawal Kerukunan di Lingkungan Masyarakat” digelar selama dua hari, 12-13 Oktober 2016 di Aula SKB Lampineung.
Pesertanya berjumlah 90 orang siswa-siswi SMA/sederajat se-Kota Banda Aceh plus 10 guru pendamping dari masing-masing sekolah. Sementara narasumbernya berasal dari unsur Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), MPU, Kankemenag, dan Badan Kesbangpol dan Linmas Banda Aceh.
Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal dalam sambutannya saat membuka acara tersebut menekankan pentingnya harmonisasi antar umat beragama terus terjalin dengan baik. “Banda Aceh sudah dari dulu dikenal sebagai kota yang sangat toleran terhadap keberagaman umat beragama. Alhamdulillah, sampai saat ini Banda Aceh menjadi kota yang paling kondusif dengan tingkat kerukunan umat beragama yang tinggi.”
Menurutnya penerapan syariat islam di bumi Aceh juga tidak akan mengikis kerukunan dalam kehidupan antar umat beragama, bahkan memperkuatnya. “Karena Islam adalah agama yang rahmatan lil ’alamin, yaitu rahmat bagi seluruh alam. Islam memberikan jaminan keamanan kepada pemeluk agama lain. Dan hal ini telah pula dicontohkan oleh Rasulullah SAW,” kata Illiza.
Bagi masyarakat Aceh, sambungnya, hidup bersanding dengan beranekaragam suku, ras dan agama, merupakan bagian dari warisan endatu. “Kesetaraan adalah hak, dan itu terus menerus diwariskan kepada generasi selanjutnya, hingga sampailah kearifan lokal itu membentuk peradaban kita di Banda Aceh saat ini.”
“Gereja dan Masjid Raya Baiturrahman hanya dipisahkan oleh Krueng Aceh, dan tak pernah terjadi gesekan. Soal kerukunan umat beragama, Banda Aceh telah menjadi rujukan bagi dunia. Hal ini harus kita jaga bersama, karena masyarakat madani itu sangat toleran, tidak membuat sebuah gap, dan selalu memupuk kebersamaan. Itu identitas warga Kota Banda Aceh,” katanya.
Tak ketinggalan, Illiza turut meminta tanggapan dari perwakilan siswa SMA Methodist Banda Aceh yakni Candra dan Mesya yang juga menjadi peserta pada acara tersebut. Candra -remaja etnis Tionghoa kelahiran Banda Aceh menyatakan dirinya senang, merasa aman dan nyaman tinggal di Banda Aceh. “Fasilitas kotanya lengkap dan makanannya pun enak-enak,” timpal Mesya yang mengaku baru lima tahun tinggal di Banda Aceh.
Wakil Ketua FKUB Kota Banda Aceh Eliaudin Gea yang mewakili umat Nasrani juga mengakui kerukunan antar umat beragama di Banda Aceh telah terjalin sejak lama. “Saya sudah 38 tahun tinggal di Banda Aceh dan tidak pernah terjadi konflik agama di kota ini. Kehidupan antar umat beragama di Banda Aceh sangat harmonis,” ungkapnya.
Sebelumnya di tempat yang sama, Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Banda Aceh Tarmizi Yahya menyebutkan kegiatan ini bertujuan untuk membangun karakter anak bangsa yang berkomitmen mengawal kerukunan antar umat beragama dalam kehidupan sosial masyarakat. “Kami berharap generasi muda dapat menjadi pionir yang tangguh dan mampu mencegah potensi konflik berlatar belakang SARA.”
“Kami juga berharap dengan kegiatan sosialisasi ini dapat membentuk kader generasi muda pengawal kerukunan dalam kehidupan beragama, baik antar umat beragama maupun internal umat beragama itu sendiri sehingga terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam keberagaman,” katanya.