
Banda Aceh – Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) bersama Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kota Banda Aceh mengeluarkan seruan bersama untuk mengantisipasi perayaan hari kasih sayang atau yang lebih populer dengan sebutan Valentine’s Day pada 14 Februari mendatang.
Penandatangan seruan bersama yang berisi 10 poin tersebut dilakukan oleh Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal bersama Ketua DPRK Arif Fadillah dan unsur Muspida lainnya plus Ketua MPU A Karim Syech, Selasa (9/2/2016) di Ruang Rapat Wali Kota Banda Aceh. Turut hadir Wakil Wali Kota Zainal Arifin, Sekda Bahagia beserta para Asisten, Staf Ahli, Kabag dan Kepala SKPK terkait.
Menurut Wali Kota Illiza, seruan bersama dimaksud merupakan amanah dan tugas serta tanggung jawab pihaknya sebagai pimpinan di daerah yang menerapkan Syariat Islam untuk membentengi akidah warga Kota Banda Aceh terutama para pemuda. “Perayaan Valentine’s Day bukan hanya akan merusak perilaku anak-anak kita, tetapi juga merusak akidah mereka. Ini yang paling krusial.”
Illiza kemudian membacakan firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Isra, ayat 36. “ Dan janglah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”.
Lalu dalam Q.S. Ali Imran ayat 85; “Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.
“Rasulullah SAW juga pernah bersabda; ‘Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu’,” kata Illiza.
Untuk itu, pihaknya akan menggencarkan sosialisasi larangan Valentine’s Day dengan beragam media agar menjadi isu atau topik pembicaraan di tengah-tengah masyarakat. “Hashtag #valentinebukanuntukkami di twitter, facebook, dan instagram, juga akan kita gencarkan terutama di kalangan pemuda agar gaungnya bisa ke seantero dunia,” kata Illiza.
“Hotel, cafe, swalayan, dan pusat perbelanjaan modern juga diimbaui untuk tidak memfasilitasi perayaan Valentine’s Day. Demikian pula di titik rawan lainnya tempat-tempat nongkrong anak muda, akan kita lakukan sosialisasi ke sana guna mengantisipasi perayaan tersebut,” katanya.
Pada kesempatan itu, Ketua MPU A Karim Syech, menegaskan, Valentine’s Day haram hukumnya dirayakan oleh umat muslim. Setidaknya ada lima indikator perayaan Valentine’s Day bertentangan dengan Syariat Islam. “Pertama, itu adalah bentuk perbuatan meniru-niru orang kafir. Kedua, betuk perwujudan keagungan dan kecintaan kepada sosok Santo Valentine.”
“Ketiga, kalimat yang kerap diucapkan pada momen tersebut adalah ‘to be my valentine’ yang tergolong syirik. Keempat, acara yang digelar identik dengan pesta pora hingga menjurus pada pelegalan zina dengan semangat kasih sayang. Kelima, meniru perbuatan setan dengan menghambur-hamburkan uang untuk membeli kado atau hadiah.”
Di tempat yang sama, Ketua DPRK Arif Fadillah mengapreasiasi langkah-langkah preventif yang sudah diambil Pemko Banda Aceh dan lembaga terkait terkait dengan larangan ini.
“Ceramah-ceramah untuk sosialisasi perlu terus kita intensifkan, dan mengandeng para pelajar untuk terlibat aktif. Dan yang tak kalah penting adalah memulainya dari keluarga kita sendiri di rumah dengan mencegah mereka merayakan Valentine’s Day.”
Illiza Luncurkan Hashtag #Valentinebukanuntukkami
Sebelumnya, pada seminar sehari dalam rangka larangan perayaan Valentine’s Day yang digelar Pengurus Cabang PMII Kota Banda Aceh, Senin (8/2) kemarin di balai kota, Illiza telah meluncurkan hashtag #valentinebukanuntukkami.
Pada seminar bertema “Kasih Sayang tidak Harus di Hari Valentine” yang diikuti oleh ratusan mahasiswa itu, Illiza menjadi salah satu narasumbernya. Ia turut memaparkan sejarah awal munculnya Valentine’s Day.
Pada 14 Februari 270 Masehi, katanya, St Valentine dibunuh oleh penguasa Romawi pada waktu itu Raja Claudius II. “Awalnya, pengikut Valentine memperingati kematiannya sebagai upacara keagamaan. Tapi sejak abad ke-16, hari valentine dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut ‘Supercalis’.”
“Setelah orang-orang Romawi masuk agama Nasrani, pesta Supercalis lalu dikaitkan dengan upacara kematian St Valentine. Penerimaan upacara kematian St Valentine sebagai Hari Kasih Sayang juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropa bahwa waktu kasih sayang itu bersemi mulai ‘bagai burung jantan dan wanita’ pada 14 Februari.”
Dalam bahasa Perancis Normandia, sambung Illiza, terdapat kata ‘Galentine’ yang bermakna galant atau cinta. Persamaan bunyi antara valentine dan galantine menyebabkan orang berpikir bahwa baiknya pemuda mencari pasangannya pada tanggal tersebut.
“Pada zaman sekarang, orang hanya mengenal Valentine lewat greeting card, pesta dan saling bertukar kado tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarah yang terjadi lebih dari 1.700 tahun lalu tersebut,” katanya seraya mengajak para pemuda untuk iqra, dan terus belajar agama Islam secara benar.
Ia juga mengajak pemuda untuk memanfaatkan era digital sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT. “Salah satunya aktif berkampanye tentang larangan perayaan hari valentine di Medsos dengan hashtag #valentinebukanuntukkami,” ajak Illiza.
Selain itu, kata Illiza, Pemko Banda Aceh akan terus melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah kepada masyarakat lewat khutbah Jumat dan safari dai/daiyah. “Selain seruan bersama, penguatan akidah masyarakat dan memperkuat peran lembaga pendidikan juga akan terus kita lakukan.”
Mengakhiri pemaparannya, Illiza mengingatkan pemuda bahwa mindset sukses ukurannya bukan dunia semata, tapi juga akhirat karena itu ‘rumah’ yang sejati. “Valentine’s Day sudah jelas membawa mudharat, mari kita kampanyekan kepada kawan-kawan yang lain dan memulainya dengan bismillah,” pungkasnya.