Penyebab Doa Umat Islam Ditolak Allah SWT

Umat Islam sebagai hamba Allah Swt adalah makhluk yang lemah dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang dimilikinya, sehingga perlu mendapat pertolongan dari Sang Khalik.

Pertolongan tersebut akan datang setelah kita melakukan permohonan kepada Allah Swt lewat doa-doa yang sering dibacakan sehari-hari dalam kehidupan

Allah akan mengabulkan setiap doa hamba-Nya bahkan Allah sangat menyukai hamba yang selalu berdoa. Namun manusia sering mengeluhkan doanya tak kunjung terkabul, meskipun sudah rajin beribadah. Ternyata penyebab doa ditolak adalah faktor kesalahan manusia itu sendiri.

“‎Hari ini kita sudah banyak beribadah, selalu berdoa dalam berbagai kesempatan. Tapi, yang terjadi justru kita lemah walau sudah banyak berdoa, belum terkabul sehingga pertolongan Allah Swt sulit datang, permohonan kita seolah tidak didengar oleh Allah,” ujar Tgk. Sulaiman Muda, Pimpinan Dayah Madinatuddiniyah Almukarramah, Paya Bujok, Kota Langsa.

Hal itu disampaikannya saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh Rabu (16/9) malam. Pengajian mengangkat tema, “Iman dan sebab doa ditolak (Refleksi ibadah Haji).

Tgk. Sulaiman yang juga alumni Dayah Darussa’adah, Blang Blahdeh, Bireuen ini merincikan, setidaknya ada 10 faktor yang menyebabkan doa umat Islam ditolak oleh Allah karena kesalahan manusia sendiri.

Dijelaskannya, ketika Ibrahim bin Adham, seorang ahli tasawuf yang masyhur berada di tengah-tengah pasar Basrah, beliau dikerumuni orang ramai. Diantara mereka ada yang bertanya : Mengapakah doa mereka tidak dikabulkan Allah padahal mereka selalu berdoa kepadanya? Beliau menjawab, karena hati kamu buta disebabkan sepuluh perkara.

Pertama, kita umat Islam mengaku kenal Allah, tapi tidak menunaikan hak Allah secara sungguh-sungguh seperti ibadah meskipun semuanya beragama Islam. Meski memiliki harta pemberian Allah, tapi tidak mau menunaikan haji dan enggan melakukan kurban.

‎”Kita sering beralasan tidak sanggup untuk haji dan kurban, tapi kenapa misalnya untuk bayar kredit sepeda motor mampu Rp600 ribu per bulan, untuk kurban tak mampu walau dengan arisan Rp150 ribu per bulan.‎ Ini karena tidak ada niat, bukan alasan ekonomi tak berkurban dan haji,” ungkapnya.

Kedua, kita selalu berkata bahwa cinta kepada Rasulullah SAW tetapi, sering meninggalkan sunnahnya dalam hidup ini.

Ketiga, kita telah membaca Al-Qur’an, tetapi kita tidak beramal dengan yang diperintahkannya.
“Dalam Al-Qur’an itu ada 1.000 ayat berisi perintah Allah, 1.000 ayat tentang sejarah, 500 ayat menyatakan halal haram, 100 ayat doa dan zikir serta 66 ayat nasikh dan mansukh. Tapi kita jarang mengamalkan Al-Qur’an dengan baik dalam hidup ini,” ungkap Da’i Muda di Kota Langsa ini.

Keempat, kita telah banyak merasakan nikmat-nikmat Allah dalam hidup ini sejak kecil hingga sekarang, tetapi sering lupa bersyukur kepada-Nya.
“Akibatnya, Allah sering menegur kita khususnya di Aceh yang kaya ini, tapi banyak kita belum sejahtera karena tidak pandai bersyukur atas nikmat Allah,” terangnya.

Kelima, kita telah berkata bahwa syaitan itu sebagai musuh, tetapi kita tidak menentangnya, malah sering memperturutkan hawa nafsu dan mengikuti syaitan. Keenam, kita telah berkata bahwa syurga Allah itu benar, tetapi kita tidak beramal untuknya dengan sering meninggalkan perintah Allah dan melakukan larangan-Nya.

Ketujuh, kita telah berkata bahwa neraka itu benar, tetapi banyak diantara kita tidak lari daripadanya. Kedelapan, kita telah berkata bahwa mati itu benar, tetapi kita tidak mau mempersiapkan diri menghadapi kematian yang pasti itu.

Kesembilan, ketika bangun dari tidur pagi hari, lalu kita sibuk dengan keburukan dan aib orang lain, tapi lupa dengan keburukan sendiri, dan kesepuluh, kita selalu melihat orang mati diantara sahabat-sahabat kita dikuburkan, tetapi tidak mengambil iktibar (pelajaran) daripada mereka.‎

“Inilah yang menjadi menjadi beberapa penyebab tertolaknya doa-doa yang kita bacakan sehari-hari. Ini harus menjadi perhatian dan introspeksi kita sendiri,” terangnya.

Lebih lanjut ditambahkannya, 98 persen masyarakat di Aceh mengaku beragama Islam, bahkan tidak ada tempat di provinsi ini yang tidak tersentuh dengan syariat Islam. Namun kadar keimanan warga Aceh sangat rendah dengan hidayah dan taufik-Nya.

Iman itu pemberian Allah Swt dalam bentuk hidayah yang condong baik dengan syariat Allah.
Taufik Allah itu belum tentu ada‎ jika malas ibadah dan taat kepada Allah menuju ke arah jalan iman.

“Iman itu membenarkan, percaya dan condong hati kepada Allah.‎ Tapi dalam kehidupan kita, iman itu belum terlihat. Karena iman hati sesuai kata dan perbuatan‎. Yang terlihat justru, iman pada mulut saja, tapi sekuler pada perbuatan. Iman masih sebatas di masjid dan tempat ibadah, dan tidak ada di kantor maupun tempat kerja‎ sehingga terjadi penyimpangan dimana-mana,” ungkapnya.

Sehingga sangat wajar ketika ada seorang ulama Mesir‎ mengatakan, “Saya tidak melihat nilai-nilai yang diajarkan Islam‎ di Indonesia, tapi banyak muslim. Sebaliknya, saya tidak melihat muslim di Eropa tapi disana banyak terlihat nilai-nilai Islam”.