DSI Banda Aceh Gelar Bekali Tokoh Masyarakat dengan Ilmu Faraidh

Dinas Syariat Islam (DSI) Kota Banda Aceh menggelar pelatihan Ilmu Faraidh (waris) bagi tokoh masyarakat se-Kota Banda Aceh selama seminggu dari 15 s/d 22 Oktober 2015 di Rumoh PMI Banda Aceh.

Menurut Kepala DSI Banda Aceh Mairul Hazami SE, pelatihan pada tahun ketiga ini digelar secara bertahap dalam tiga angkatan. “Per angkatan 50 orang yang akan dilatih selama dua hari, jadi total peserta tahun ini sebanyak 150 orang. Tenaga pengajarnya dari DSI, Mahkamah Syariah dan Akademisi,” katanya

Dengan tema “Pelajarilah Ilmu Faraidh dan Ajarkanlah”, Mairul menyebutkan, kepada para peserta akan diberikan materi seputar dasar-dasar Ilmu Faraidh, peran tokoh masyarakat dalam penyelesaian perselisihan harta warisan, dan mekanisme proses peradilan di Mahkamah Syariah.

Ia menambahkan, kepada peserta juga akan diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang hukum waris dalam konteks hukum nasional. “Dan yang tak kalah penting adalah teknik pembagian harta warisan yang akan dipraktekkan langsung oleh peserta berdasarkan contoh-contoh kasus nanti,” katanya.

“Output yang ingin kita capai adalah ketersediaan tokoh-tokoh masyarakat yang mempunyai Ilmu Faraidh yang memadai di tingkat gampong, sehingga dapat meminimalisir jumlah sengketa di Mahkamah Syariah. Itu semua demi kenyamanan masyarakat gampong,” pungkasnya.

Di tempat yang sama, Walikota Banda Aceh Hj Illiza Sa’aduddin Djamal SE saat membuka acara tersebut menyampaikan apresiasinya kepada pihak DSI yang menggelar pelatihan ilmu Faraidh yang disebutnya sebagai ilmu pertama yang akan ‘dicabut’ oleh Allah dari muka bumi sebelum hari kiamat.

“Ilmu Faraidh ini sangat penting, mohon para peserta nantinya mengajarkan lagi kepada orang lain karena sangat sedikit yang mendalaminya,” kata Illiza seraya menjelaskan harta warisan akan menjadi salah satu pemicu kekacauan umat manusia di akhir zaman.

Walikota kembali menekankan pentingnya Ilmu Faraidh karena menyangkut dengan orang yang telah meninggal dunia dan sanak saudaranya yang masih hidup. “Harta bisa menjadi sumber malapetaka jika kita tak mampu me-manage-nya dengan baik, namun bisa pula membawa kemaslahatan jika kita pandai‎ mengelolanya,” tutup Illiza mengakhiri sambutannya.